Halaman

Selasa, 21 Oktober 2014

Sepucuk Surat Untuk Pak SBY


Sepucuk Surat Untuk Pak SBY
Oleh : Wan Sulistya Putra

Bapak SBY yang kami hormati,

Mungkin Bapak tidak pernah mengenal kami,
tapi ketahuilah bahwa kami sangat mengenal sosok Bapak.
Mungkin Bapak tidak pernah melihat kami,
tapi ketahuilah bahwa kami sangat sering melihat sosok Bapak.
Mungkin beberapa orang mencaci dan mencela Bapak di depan kami,
tapi ketahuilah bahwa kami sangat mengagumi sosok Bapak.

Mungkin kami bukan seorang pujangga yang pandai merangkai kata atau pun membahasakan selaksa
peristiwa melalui sebuah pena.
Mungkin kami bukan seorang sastrawan yang bisa mencurahkan ribuan coretan bahasa sebagai curahan isi dalam kepala.
Mungkin kami bukan seniman yang mampu menggoreskan tinta pada kanvas sebagai curahan perasaan.
Kami hanya berusaha berbagi apa yang kami pikirkan, apa yang kami amati, dan apa yang kami rasakan.

Perpisahan seharusnya menjadi waktu yang mengharukan,
tapi apakah kami harus ikut terharu?
Perpisahan seharusnya menjadi waktu yang menyedihkan,
tapi apakah kami harus ikut sedih?

Bukankah kami akan menyambut hal yang baru untuk negeri ini?
Bukankah kami akan menghadapi hari esok yang baru untuk negeri ini?
ahh … tetap saja,
basa basi ini terkesan sulit bagi kami.

Di depan sana,
sudah ada pengganti Bapak yang telah menjadi pilihan lebih dari separuh rakyat Indonesia.
ahh … tetap saja,
hati kami tetap saja sulit melepaskan kenangan yang Bapak torehkan pada negeri ini.

Bapak SBY yang kami hormati,

Semua Rakyat Indonesia tahu pasti,
Lebih dari separuh usiamu kau abdikan untuk Ibu Pertiwi.
Semua Rakyat Indonesia tahu pasti,
Sepuluh tahun kau mengabdi menjadi pelayan kami yang mengayomi dan melindungi kami dengan sepenuh hati.
Semua Rakyat Indonesia tahu pasti,
Bahwa loyalitas, perjuangan dan ketulusanmu tak perlu diragukan lagi.
Semua Rakyat Indonesia tahu pasti,
Dimanapun, kapanpun dan dalam keadaan bagaimanapun engkau senantiasa mengabdi dengan sepenuh hati.
Ini membuat kami tetap percaya bahwa Bapak masih menjadi yang terbaik bagi negeri ini.

Bapak SBY yang kami hormati,

Tak sedikit,
Kulihat beberapa yang mencacimu.
Kudengar beberapa menghujatmu.
Aku tahu kau pasti mendengarkan.
Aku juga tahu kau pasti merasakan.
Sebagai seorang manusia biasa aku juga tahu kalau kau pasti memendam kemarahan.
Tapi apa yang menjadi pilihanmu?
Kau memilih diam,
Kau memilih tenang, bersabar dan memendam semuanya.
Walau ku tahu di hatimu yang paling dalam pasti tersimpan amarah, kesedihan bahkan mungkin tangisan yang tak semua orang bisa merasakan apalagi mendengarnya.

Mungkin di saat hatimu sedang menangis,
Malaikat seolah selalu mengingatkanmu,
Membisikan sesuatu yang dapat menguatkanmu,
“Hei Kamu, mereka mungkin mencacimu, mereka juga menghujatmu.
Tetapi mereka sangat membutuhkanmu.
Apakah engkau ingin membiarkan mereka kelaparan dan kehausan?
Apakah engkau akan membiarkan mereka hidup dalam kemiskinan dan kesusahan?
Mereka membutuhkanmu,
Mereka membutuhkan ketulusan hatimu untuk terus membuktikan bahwa engkau akan selalu ada untuk mereka”.

Di saat itulah, engkau tersadar
Atau mungkin malah lupa akan kebutuhan pribadimu.
Tak teratur makan, tak cukup tidur,
tak pernah memiliki banyak waktu senggang, tak pernah berbagi waktu untuk keluarga,
hanya karena ingin melihat rakyatmu tertawa dan senang.
Sekali lagi, kami sangat bangga padamu.

Bapak SBY yang kami hormati,

Maafkan kami jika kami hanya bisa mencaci tanpa memberi bantuan yang berarti.
Maafkan kami jika kami hanya bisa menghujat tanpa memberi solusi yang tepat.
Maafkan kami jika kami hanya bisa mengkritik tanpa memberi bantuan walau setitik.
Maafkan kami jika kami hanya bisa menggunjingkanmu di lesehan kopi tanpa pernah turut bergerak untuk membangun negeri ini walau sebesar biji padi.

Kami sadar, bahwa seorang pemimpin tak akan pernah bisa menyenangkan hati seluruh rakyatnya.
Kami sadar bahwa Bapak punya keterbatasan seperti halnya manusia biasa.
Kami sadar bahwa Bapak bukanlah dewa yang bisa mensejahterakan negeri ini dalam sekejap mata.
Namun sepuluh tahun sudah bapak mengabdi untuk kami,
kami benar-benar melihat negeri ini berubah menjadi lebih baik.

Bapak Susilo Bambang Yudhoyono,

Terimakasih sudah memimpin Indonesia selama sepuluh tahun ini.
Meskipun dengan berat hati, kami harus merelakan bapak untuk pergi.
Namun, kami percaya bahwa bapak akan terus mengabdi pada negeri.
Pengabdian bapak akan terus menjadi kenangan indah bagi bangsa ini.

Terima kasih atas segala perjuanganmu.
Selamat purna tugas Jenderal Besar.
Selamat kembali berkumpul, bercengkerama dengan keluarga.
Semoga Bapak dan keluarga selalu dalam lindungan Allah SWT.